A. BIODEGRADASI
Biodegradasi
hidrokarbon oleh komunitas mikroba tergantung pada komposisi komunitas dan
respon adaptif terhadap kehadiran hidrokarbon . Laju biodegradasi senyawa
hidrokarbon kompleks dengan berat molekul besar seperti senyawa aromatik,
resin, dan asfalten lebih lambat dibandingkan dengan senyawa dengan berat
molekul rendah. Meski demikian beberapa studi menunjukkan bahwa degradasi pada
kondisi optimum terhadap senyawa kompleks memiliki laju yang tinggi .
B. BIODEGRADASI HIDROKARBON
Bakteri menggunakan hidrokarbon minyak
bumi sebagai sumber karbon dan energi (Atlas 1981; Udiharto 1996a). Proses
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan menghasilkan CO2, H2O dan biomassa
sel (Bossert & Bartha 1984). Menurut Udiharto et al. (1995) selama
aktivitas berlangsung bakteri mengeluarkan metabolit-metabolit ke dalam media
berupa asam, surfaktan dan gas yang dapat mempengaruhi lingkungannya
diantaranya asam menurunkan pH dan surfaktan menurunkan tegangan antar muka
media. Penurunan tegangan
antar muka media menyebabkan minyak
terdispersi dan memperbesar kontak permukaan antara bakteri dan minyak sehingga
akan terjadi peningkatan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi. Selain itu,
biomassa yang dihasilkan merupakan akumulasi massa sel yang sebagian besar
tersusun oleh protein. Protein dapat meningkatkan kesuburan tanah tercemar
karena merupakan sumber pupuk nitrogen bagi lahan yang mendapatkannya. Sebelum
biodegradasi berlangsung, hidrokarbon minyak bumi akan masuk ke dalam
sitoplasma bakteri. Ada dua teori mekanisme masuknya hidrokarbon ke dalam
sitoplasma. Pertama, hidrokarbon menjadi mudah larut dan yang kedua terjadi adhesi
antara butiran hidrokarbon dengan cairan dalam sel (Higgins & Gillbert
1977). Proses selanjutnya, bakteri memproduksi enzim yang dapat mendegradasi
hidrokarbon minyak bumi. Enzim mendegradasi senyawa tersebut dengan cara
mengeksploitasi kebutuhan bakteri akan energi (Wisjnuprapto 1996).
Menurut Kadarwati et al. (1994)
dalam pertumbuhannya bakteri akan mengeluarkan enzim yang akan bergabung dengan
substansi membentuk senyawa kompleks enzim-substansi, kemudian terurai menjadi
produk lain. Enzim tidak habis dalam reaksi tersebut tetapi dilepaskan kembali
untuk reaksi selanjutnya dengan substansi lainnya. Proses ini terjadi
berulang-ulang sampai semua substansi yang tersedia terpakai. Tingkat kemudahan
hidrokarbon minyak bumi didegradasi oleh bakteri tergantung kepada struktur dan
bobot molekulnya (Atlas 1989). Secara umum kemampuan biodegradasi naik dengan
kenaikan panjang rantai (Kadarwati et al. 1996). Selama proses
biodegradasi terjadi perombakan fraksi parafinik, naftenik dan aromatik.
Parafinik merupakan fraksi yang paling mudah didegradasi
sedangkan naftenik dan aromatik lebih
sulit (Leahly & Colwell 1990).
Menurut Udiharto (1996a) kemampuan
bakteri mendegradasi hidrokarbon minyak bumi berbeda-beda. Panjang rantai
optimum untuk didegradasi antara 10-20 rantai karbon. Hidrokarbon dengan
panjang rantai kurang dari 9 sulit didegradasi karena senyawa ini bersifat
toksik tetapi beberapa bakteri tertentu (methanotrop) dapat mendegradasinya.
Beberapa hasil percobaan menunjukkan bahwa: (i) hidrokarbon alifatik umumnya
mudah didegradasi daripada aromatik, (ii) hidrokarbon alifatik rantai lurus
umumnya lebih mudah terdegradasi daripada rantai cabang. Introduksi cabang ke
molekul hidrokarbon menghambat proses biodegradasi, (iii) hidrokarbon jenuh
lebih mudah terdegradasi daripada yang tidak jenuh. Adanya ikatan dobel atau
tripel antar karbon menghambat proses biodegradasi dan (iv) hidrokarbon
alifatik rantai panjang lebih mudah didegradasi daripada rantai pendek.
Secara umum kemampuan biodegradasi naik dengan kenaikan panjang rantai
(Kadarwati et al. 1996). Menurut Udiharto (1996a) kemampuan bakteri
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi berbeda-beda. Panjang rantai optimum untuk
didegradasi antara 10-20 rantai karbon. Hidrokarbon dengan panjang rantai
kurang dari 9 sulit didegradasi karena senyawa ini bersifat toksik tetapi
beberapa bakteri tertentu (methanotrop) dapat mendegradasinya.
Permasalahan :
Menurut artikel di atas kemampuan biodegradasi
naik dengan kenaikan panjang rantai (Kadarwati et al. 1996).
Mengapa panjang rantai dapat
mempengaruhi kemampuan bakteri untuk melakukan biodegradasi ?
menurut artikel anda senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon kurang dari 9 sulit di degradasi karena bersifat toksik sehingga sulit di degradasi,karena itulah menurut pendapat saya mikrooganisme lebih mudah mendegradasi senyawa hidrokarbon dengan rantai 10-20 dikarenakan sifat toksik nya yang semakin berkurang. sifat toksik (beracun) pada senyawa hidrokarbon tersebut menurut saya dapat menyebabkan mikroorganisme tidakdapat melakukan degradasi dengan optimal atau mungkin mikroorganisme tersebut mati.
BalasHapusmaaf jika masih kurang,smg membantu:D
pada sebuah artikel tertuliskan bahwa hidrokarbon rantai panjang lebih mudah didegradasi daripada hidrokarbon rantai pendek karena relatif tidak toksik terhadap bakteri. sehingga semakin panjang rantai maka sifat toksiknya berkurang sehingga membuat bakteri mampu dan lebih mudah untuk melakukan degradasi.>,<
BalasHapuspada senyawa hidrokarbon, semakin panjang rantai maka senyawa tersebut akan semakin mudah didegradasi karena relatif tidak bersifat toksik terhadap bakteri. Adanya sifat toksik (racun) tersebut dapat mempengaruhi fisiologis mikroba. Karena fisiologisnya terganggu, maka kemampuan mikroba untuk mendegradasi senyawa berkurang.
BalasHapusberdasarkan literatur yang saya baca bahwa kemampuan bakteri mendegradasi hidrokarbon minyak bumi berbeda-beda. Tingkat kemudahan hidrokarbon minyak bumi didegradasi oleh bakteri tergantung kepada struktur dan bobot molekulnya (Atlas 1989). Secara umum kemampuan biodegradasi naik dengan kenaikan panjang rantai (Kadarwati et al. 1996). pada umumnya semakin panjang rantai pada hidrokarbon maka semakin mudah senyawa tesebut untuk di degradasi. hal ini disebabkan karena semakin panjang rantai semakin berkurang sifat toksiknya sehingga bakteri pendegradasi mampu melakukan degradasi dengan mudah.
BalasHapus